Senin, 04 April 2011

KASUS ASMA

Krist, seorang ibu muda dengan 2 orang anak bekerja pada sebuah took swalayan. Minggu lali membeli seekor kucing cantik. Beberapa hari ini ia mengeluh nafasnya berbunyi. Ia menderita asma selama beberapa tahun, tetapi hamper tidak pernah mengalami masalah serius karena selalu menggunakan Inhaler secara teratur. Ia menyadari kaalu asma tidak dikontrol dengan baik akan menimbulkan masalah seris pada dirinya. Akan tetapi kali ini ia dibawa ke bgn emergensi rumah sakit oleh suaminya karena selama beberapa jam ini mengalami susah bernafas, ia juga bingung dan disorientasi.

Diagnosa: Asma akut karena allergen
Rencana : masuk rumah sakit, terapi O2 aliran tinggi, salbulamol nebulizer, oral prednisone
Riwayat obat: salbutamol 1 atau 2 semprotan 3 – 4 x sehari bila diperlukan, salmeterol 2 semprotan 2x sehari, Beclometason 2 semprotan 2 x sehari secara teratur.
Pertanyaan:
1. Apa Pencetur asma orang ini? Mengapa demikian? Apa resikonya bagi pasien bila tidak cepat ditangani ? apa pula factor yang memperbesar resiko penyakit ini?
2. Jelaskanlah logika pengobatan diatas sesuai dengan keluhan pasien dan mekanisme kerja obat2nya! Mengapa tidak diberikan antihistamin?
3. Identifikasilag DRP pada kasus ini bila ada !
4. Apa sasaran pengobatan pasien ini?
5. Apa saja interfensi anda agar fungsi pelayanan farmasi anda terpenuhi sesuai dengan rencana pengobatan pasien ini? Jelaskanlah dengan alasan yang sesuai!

JAWABAN
1. Pencetus asma pasien : allergen yaitu bulu kucing.
Pencetus asma bisa di kelompokkan kepada dua kelompok yaitu penyempitan saluran nafas dan inflamasi. Pada pasien ini berarti tejadi inflamasi. Dimana pasien yang alergi terhadap bulu kucing akan mengalami reaksi inflamasi sebagai berikut.
Allergen yang masuk untuk pertama kalinya tidak akan akan menimbukan reaksi alergi, tetapi tubuh membuat antibody tertentu yang akan belkerja jika tubuh terpapar lagi dengan zat yang sama. Pada paparan kedua antibody yan terdapa di permukaan sel mast akan bereaksi dengan antigen (bulu kucing ) dan sel mas akan pecah dan menghasilkan agen inflmasi seperti histamine, sitokin, leukotrien, eosinofil, neutrofil, faktor kemotaksis, leukotrien C4, D4 dan E4, prostaglandin, platelet activating factor. yang menyebabkan bronkokontriksi (asma).

Resiko bagi pasien yang tidak cepat ditangani: bisa menyebabkan lumpuh atau kematian karena kurangnya asupan O2 yang dibutuhkan tubuh.
Faktor yang memperbesar resiko penyakit
- Infeksi virus saluran nafas (yang paling sering adalah rhinovirus, virus yang lainnya adalah :syncytial virus, parainfluenza virus, coronavirus, dan influenza virus)
- Faktor lingkungan dan pekerjaan (ozone, sulfur dioksid, dan komponen umum dari polusi udara)
- Faktor stress, depresi dan psikososial
- Rhinitis dan sinusitis
- gastroesophageal reflux disease
- hormone wanita
- makanan, obat-obatan dan additive (Dipiro, 2008)

2. Logika pengobatan sesuai dengan keluhan dan gejala
a. Pengobatan sebelumnya
- Salbutamol 1 atau 2 semprotan 3-4 kali sehari bila diperlukan
Salbutamol adalah agonis b2 yang bekerja cepat, digunakan dalam keadaan serangan. Pada pasien ini tepat digunakan salbutamol dengan bentuk sediaan inhalasi. Karena obat lebih cepat bekerja dan efek samping juga lebih sedikit.
- Salmeterol 2 semprotan 2x sehari. Merupakan agonis beta kerja lama yang digunakan untuk pengobatan asma jangka lama. Tidak bisa digunakan saat serangan.
- Beclametason 2 semprotan 2 kali sehari secara teratur. Merupakan antiinflasmi yang bekerja dengan menghambat enzim fosforilase sehingga agen inflamasi tidak terbentuk. Bentuk sediaan inhalasi membuat obat bekerja lebih cepat dan efek samping lebih sedikit.
b. Rencana terapi :
- Terapi O2 aliran tinggi : pasien yang dalam keadaan akut memang harus menggunakan O2. Karena tujuan terapi yang utama untuk akut adalah mengatasi hipoksemia, memperbaiki obstruksi udara dengan segera. Jadi penggunaan O2 adalah di anjurkan.
- Salbutamol nebulizer: salbutamol merupakan agonis B2 yang bekerja cepat. Penggunaan obat merupakan pilihan utama untuk pasien asma akut. Digunakan inhalasi selama 60 menit. Jika tidak ada perubahan pada awal penggunaan, maka perlu diberikan kortikosteroid.
- Oral prednison : penggunaan kortikosteroid oral memang di anjurkan untuk pasien yang menderita asma akut setelah pemberian inhalasi B2 agonis kerja cepat tidak memperbaiki gejala saat obat diberikan. Menurut pendapat saya pemberian steroid oral pada pasien ini memang perlu karena sebelumnya pasien telah diberikan agonis B saat serangan, berarti sekarang dengan agonis B2 saja tidak mencukupi untuk melancarkan pernapasan pasien, maka perlu ditambahkan kortikosteroid Kenapa tidak dipilih bentuk iv...? Menurut dipiro penggunaan iv tidak memberikan manfaat yang lebih baik dibandingkan oral. Artinya sama saja digunakan oral atau iv.
- Jika antihistamin diberikan sebelum paparan, antihistamin tersebut memang akan bermanfaat, sehingga mencegah terjadinya reaksi inflamasi. Kalau pada kasus ini, pasien telah terpapar dengan antigen. Sehingga pasien tidak perlu diberikan antihistamin. Selain itu pasien juga telah diberikan kortikosteroid yang bekerja menghambat fosfolipase A. Jika terpapar lagi dengan antigen maka kortikosteroid akan bekerja menghambat pembentukan asam arachidonat dan juga menghambat pelepasan mediator inflamasi (histamin, netrofil, kemotaksis dll). Jika tetap diberikan antihismin,,,pertanyaannya adalah : histamin yang mana yang akan dihambatnya,...? sedangkan yang histamin sendiri telah dihambat pembentukannya oleh kortikosteroid. Berdasarkan hal ini, bisa disimpulkan bahwa pemberian antihistamin sia-sia saja. Dan pemberian antihistamin ini hanya akan menambah biaya dan efek samping yang ditimbulkan kepada si pasien.
3. DRP
- Menurut pendapat saya obat yang diberikan pada pasien ini telah tepat. Karena kalau dari gejala yang dirasakan pasien (bingung dan disorientasi), menandakan ia mengalami serangan asma akut yang parah. Jadi tidak masalah kalau di obati dengan O2, agonis beta dan kortikosteroid. Dari kasus ini ada data yang kurang, yaitu berapa FEV dan FVC nya. Dengan mengetahui ini bisa ditentukan tingkat serangan asmanya dan bisa dipih obat berdasrkan tingkat keparahan serangan. Berdasarkan gejala pada kasus ini saya kelompokkan pasien ini pada serangan asma akut berat.
- Yang juga harus diperhatikan disini adalah efek samping yang timbul selama menggunakan kortikosteroid. Penggunaannya harus dibatasi selama 2 minggu. Dan jika harus digunakan untuk jangka lama, maka pilihlah dosis terkecil yang memberkan efek.

4. Sasaran

- Perbaikan hipoksemia signifikan
- Pembalikan secara cepat obstruksi jalan udara (dalam hitungan menit)
- Mengurangi kemungkinan obstruksisaat yang parah timbul kembali
- Mengembangkan rencana aksi tertulis untuk penangan serangan asma akut di rumah.




5. Interfensi farmasi
Peranan farmasi pada kasus ini adalah memberikan informasi kepada pasien dan juga keluarganya a.l:
- Menjelaskan kepada pasien tentang sejarah penyakit, gejala-gejala dan faktor pencetus asma.
- Bagaimana mengenal serangan asma dan tingkat keparahannya, serta hal apa yang harus dilakukan jika serangan terjadi.
- Upaya pencegahan asma berbeda pada masing-masing individu. Yaitu dengan mengenali faktor pencetusnya seperti olahraga, makanan, merokok, alergi, penggunaan obat tertentu, stres dan polusi. Pastikan pasien mengerti kenapa harus menghindari faktor-faktor yang dapat memicu gejala asma.
- Menjelaskan kepada pasien bagaimana cara menggunakan obat kepada pasien dan keluarga pasien.

Tidak ada komentar: