LEARN ENGLISH

Minggu, 09 September 2012

OBAT DIABETES GOLONGAN SULFONILUREA

-->
Terapi farmakologi untuk diabetes bisa dibagi menjadi dua yaitu insulin dan obat hipoglikemi oral. Untuk terapi ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia, yang terutama berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu : (1) insulin masa kerja singkat (short acting/insulin), disebut juga insulin regular (2) insulin masa kerja sedang (intermediet-acting) (3) insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat (4) insulin masa kerja panjang (long acring insulin) (Anonim,2005).
            Respon individu terhadp terapi insuli
n cukup beragam, oleh sebab itu jenis sediaan insulin mana yang diberikan kepada seorang penderita dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual, bahkan seringkali memerlukan penyesuaian dosis terlebih dahulu. Umumnya pada tahap awal diberikan sediaan insulin dengan kerja sedang, kemudian ditambahkan insulin dengan kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan. Insulin kerja singkat diberikan sebelum makan, sedangkan insulin kerja sedang umumya diberikan satu atau dua kali sehari dalam bentuk suntikan subkutan. Namun karena tidak mudah bagi penderita untuk mencampurnya sendiri maka tersedia sediaan campuran tetap dari kedua jenis insulin regular ® dan insulin kerja sedang (NPH) (Anonim,2005).
            Obat hipoglikemik oral dibagi menjadi beberapa golongan yaitu : (1) obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin) (2) sensitizer insulin (obat-obat yang meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan tiazolidindion yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif (3) inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor alfa glukosidase yang bekerja menghambat absorbsi glukosa dan umum digunakan untuk mengendalikan hiperglikemia post prandial (Anonim,2005)
GOLONGAN SULFONILUREA
-->
Obat yang termasuk kelompok sulfonilurea ini adalah glibenclamid, gliburid, glipizid, glikazid, glimipirid, glikuidon. Paling sedikit dikenal tiga mekanisme kerja dari sulfonilurea (1) pelepasan insulin dari sel beta (2) pengurangan kadar glukagon dalam serum dan (3) efek ekstrapankreas untuk memperkuat kerja insulin pada jaringan target.
Pelepasan insulin dari sel beta pankreas: sulfonilurea terikat pada reseptor spesifik yang berhubungan dengan saluran kalium pada membran sel Beta. Pengikatan sulfonilurea menghambat keluarnya ion kalium melalui saluran dan menghasilkan depolarisasi. Depolarisasi akan membuka saluran kalsium yang bermuatan listrik dan mengakibatkan masuknya kalsium dan penglepasan prabentuk insulin. Penghambat saluran kalsium dapat mencegah kerja sulfonilurea in vitro, tetapi ini memerlukan konsentrasi penghambat kalsium 100-1000 kali kadar teraupetik untuk mencapai hambatan itu, mungkin karena saluran kalsium berhubungan dengan sel Beta yang tidak identik dengan saluran kalsium tipe L sistem kardiovaskuler. Lebih lanjut diazoxid suatu tiazid mirip pembuka saluran kalium, menghalangi efek insulinotropik sulfonilurea (sama seperti glukosa). Penyelidikan ini juga memberikan suatu penjelasan mengenai efek hiperglikemia diuretik tiazid (Katzung,1997).
            Sintesis insulin tidak diransang dan bahkan tidak dikurangi oleh sulfonilurea. Pelepasan insulin dalam respon dalam glukosa ditingkatkan. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa setelah terapi sulfonilurea jangka panjang, kadar insulin serum tidak meningkat oleh obat ini dan bahkan menurun. Observasi ini dirumitkan oleh kenyataan bahwa kebanyakan data tersebut didapat dari tes toleransi glukosa oral bahkan suatu pengukuran dari respon sel pankreas. Setelah makan makanan campuran yang mengandung protein seperti karbohidrat, manfaat efek pengobatan kronis sulfonilurea umumnya dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin serum (Katzung,1997).
Penurunan konsentrasi glukagon serum. Pemberian sulfonilurea menahun pada penderita diabetes yang tidak tergantung insulin akan menurunkan kadar glukagon serum. Hal ini dapat menyokong efek hipoglikemik obat ini. Mekanisme efek penekanan sulfonilurea ini terhadap kadar glukagon belum jelas, tetapi mungkin melibatkan penghambatan langsung yang disebabkan karena peningkatan pelepasan insulin dan somatostatin, yang menghambat sekresi sel A (Katzung,1997).
Potekanan darah kerja insulin pada jaringan target. Terdapat bukti bahwa peningkatan pengikatan insulin ke jaringan reseptor terjadi selama pemberian sulfonilurea pada penderita diabetes tipe II. Peningkatan dalam jumlah reseptor dapat meningkatkan efek, dicapai dengan konsentrasi agonis tertentu, suatu kerja sulfonilurea seperti itu akan menambah potekanan darah efek insulin penderita dalam kadar rendah Maupun insulin eksogen. Walaupun demikian, efek in vivo ini tidak terjadi bila insulin in vitro ditambahkan pada insulin jaringan target. Lebih lanjut, pada penderita diabetes yang bergantung pada insulin tanpa sekresi insulin endogen, maka terpai sulfoil urea belum terbukti memperbaiki kontrol glukosa darah, meningkatkan sensitivitas terhadap pemberian insulin, atau meningkatkan pengikatan insulin oleh reseptor (Katzung,1997).
            Efek samping obat hipoglikemik oral golong sulfonilurea umunya ringan dan frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan syaraf pusat. Gangguan saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung dan sakit kepala. Gangguan susunan saraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan lain sebagainya. Gejala hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropramida dapat meningkatkan ADH (antidiuretik hormon). Hipoglikemia dapat terjadi jika dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada  lansia. Hipoglikemia sering diakibatkan oleh obat-obat hipoglikemik oral dengan masa kerja panjang (Anonim,2005).
 

6 komentar:

  1. Obat kangen ada gak Uni...? :)

    BalasHapus
  2. boleh nggak metformin di barengi dengan glibenclamide dan apa efek sampingnya ,Terima kasih

    BalasHapus
  3. metformin boleh di gabung dengan glibenclamid. tapi harus dilihat kadar gula darahnya.
    untuk terapi pertama yang dianjurkan adalah metformin, jika dengan metformin kadar gula darah yang diharapkan belum tercapai, bisa dikombinasi dengan golongan lain, misalnya glibenclamid. tapi harus hati-hati terhadap efek samping hipoglikemi (turunnya kadar gula di dalam darah.

    BalasHapus
  4. Jdi kerjanya glibenkamid tuh kerjanya menjaga penyerapan ca buat sekresi insulin? Glibenkamid memperbaiki sel beta nya ga?

    BalasHapus